Arini
tak kuasa menahan kekesalannya. Dibantingnya hasil ujian statistik ditangannya
ke atas meja. Ia tak habis pikir, mengapa nilai ujian sebagian besar mata
kuliahnya masih saja jeblok. Padahal ia merasa dalam ujian kali ini sudah
berusaha lebih maksimal dibanding ujian-ujian sebelumnya, dimana Ia selama ini
memang sangat cuek dengan urusan mata kuliah. Ia lebih suka shopping bareng teman-temannya lalu berburu
kuliner dari resto ke resto. Atau jika tidak, ia menghabiskan waktunya di depan
laptop mengutak-atik facebook. Di
tengah kegalauannya tiba-tiba HPnya berbunyi. Rupanya telepon dari Boby, cowok
yang dipacarinya sejak tiga bulan yang lalu.
“Halo
honey, lagi dimana nih?”
“Aku
masih di kampus nih say, kesel banget, masak nilaiku masih jeblok semua!”
“Ya
udah, Abang jemput ya, terus kita jalan-jalan sambil cari makanan kesukaanmu,
gimana?”
“Ok dech
honey, aku tunggu di tempat biasa ya!”
Arini tersenyum. Sejenak ia mulai
melupakan masalahnya. Menurutnya Boby memang cowok pilihan yang tepat. Bukan
hanya memiliki wajah yang tampan dan tajir, tapi Ia juga pengertian dan bisa
menjadi pelipur di kala hatinya lara.
Tidak banyak yang tahu, termasuk
Arini, bahwa nama lengkap Boby sebenarnya adalah Rizky Tasbihullisan. Wajahnya
yang mirip artis dan anak seorang pengusaha terkenal di kotanya, ditambah
kemampuannya merayu yang di atas rata-rata membuatnya dengan mudah menaklukkan
hati wanita yang diinginkannya. Tak heran, dunia asmaranya tak cukup hanya berpetualang
dari hati ke hati, tapi tak jarang dalam waktu bersamaan dilakoni dengan beberapa
cinta sekaligus. Dasar playboy!
“Kok lama banget say? Perutku udah
laper banget nih!” rengek Arini manja ketika Boby tiba.
“Sory cantik, tadi masih ngisi
bensin, silahkan tuan putri!” kilah Boby sambil membukakan pintu mobil.
“Kita makan di mana say?”
“Tenang aja, abang akan bawa kamu ke
tempat spesial dengan menu serba spesial!”
“Wah, abang tau aja kesukaan Arini,
jadi nggak sabar nih”.
Tak lama kemudian mereka pun tiba di
café Platinum, tempat santap siang para eksmud yang cukup terkenal.
“Silahkan tuan putri pilih menunya!”
goda Boby dengan
“Thanks honey,” balas Arini dengan
wajah kemerahan. Tersanjung.
Tiba-tiba HP Boby berbunyi. Rupanya
SMS dari Evita. Waduh aku hampir lupa, hari ini
“Dari siapa say, kok kaget begitu,
ada apa?”
“Ah, nggak apa-apa, hampir lupa beli
hadiah untuk ultah adik,” kilah Boby berbohong.
“Ya udah, nanti sekalian habis makan
aku temani belanja ya!”
“Oke manis, selamat menikmati
hidangannya ya!” balas Boby dengan wajah innocent
khas playboy.
Malam itu Boby segera meluncur
kerumah Evita. Sosok pacarnya yang satu ini berbeda seratus delapan puluh
derajat dari Arini. Evita yang terkenal kutu buku tidak suka hang out bersama teman-temannya apalagi
ke acara-acara pesta dan kemeriahan lainnya. Ia lebih suka suasana sepi perpustakaan
atau toko buku sambil melahap berbagai buku bacaan, mulai dari novel romantis
hingga filsafat klasik. Tak heran jika cewek berkacamata ini mendapat IP
lumayan di kampus. Selain yang berbau bacaan, hal yang disukainya adalah nonton
film-film terbaru, terutama film ber-genre
adventures.
“Happy
birthday honey… I wish you all the best!” sapa Boby tanpa basa-basi setelah
bertemu Evita di depan pintu rumahnya sambil menyodorkan kado dengan pita merah
ditangannya. Isinya adalah Novel terbaru karya pengarang favorit Evita yang tadi
siang dipilihkan oleh Arini. Boby bilang ke Arini kalau adiknya yang ultah itu adalah
kutu buku dan bla bla bla…
“Thanks
a lot my prince, you’re so kind…!” balas Evita surprised sambil merangkulkan tangannya ke leher Boby. Boby segera
membalas dengan kecupan di kening pacarnya itu.
“Gimana kalau kita nonton bioskop
malam ini? Abang udah siapkan dua karcis lho!” tawar Boby.
“Oh ya?! mau bangeet… by the way, film apa honey?” Tanya Evita
penasaran.
“
“Uuh dasar… tapi nggak apa-apa
dech,” Evita menyerah sambil mencubit lengan kekasihnya.
Akhirnya kedua insan dimabuk cinta itu
larut dalam kebahagiaan mereka. Evita merasa sangat beruntung karena dianugerahi
kekasih sebaik Boby. Tak terpikir olehnya bahwa ia hanya menjadi korban dari
kebiasaan Boby yang doyan berpetualang dari satu gadis ke gadis lainnya. Bagi
Boby, bercinta dengan beberapa gadis berbeda type dan kebiasaan, adalah hal
yang dapat menghindarkannya dari kebosanan. Persetan dengan kesetiaan!
Kesetiaan hanya melahirkan rasa possessive dan kecemburuan, yang akhirnya
bermuara pada kecengengan. Puiih!
* * *
Tiba-tiba matanya menangkap sosok
jilbaber yang sedang menuju ke arah yang sama dengannya. Ya, benar, dialah
orang yang saya cari, ini kesempatan yang baik buat minta maaf sekalian
berkenalan. Ternyata manis juga, pikirnya nakal. Wajahnya yang berseri terbalut
jilbab, matanya yang terjaga alias lebih banyak menunduk menambah pesona
berbeda dibanding dengan kebanyakan perempuan yang pernah didekatinya selama
ini. Baru kali ini ia menyadari bahwa wanita berjilbab tidak saja bisa terlihat
cantik tapi juga menyejukkan hati. Boby mulai bersiap dengan akting nomor
sebelas. Masuki dulu atmosfirnya, sok alim, lalu keluarkan jurus maut
andalannya.
“Assalamualaikum!” sapa Boby saat
berpapasan di dekat pintu sambil tetap menundukkan kepala hanya ujung matanya
saja yang masih saja melirik ke arah si gadis.
“Waalaikum salam warahmatullah!”
jawab gadis tersebut kaget mendapat salam tiba-tiba dari orang yang tak
dikenalnya.
”Nama
saya Tasbih, Tasbihullisan, bolehkah tahu nama anda?” entah kenapa ia tak dapat
berbohong pada gadis tersebut dengan menggunakan nama samarannya selama ini.
Namun gadis tersebut terlihat cuek bahkan segera meneruskan langkahnya. Dengan
sigap Boby segera melanjutkan serangannya.
“Ukhti, Demi
Tuhan ana akan melakukan tiga kebaikan hari ini jika anda menjawab tiga
pertanyaan ana!” Boby tahu kosakata arab tersebut saat ngobrol dengan Khalid
beberapa waktu lalu. Semoga ampuh, harapnya. Dan ternyata gadis berjilbab itu
seketika berhenti. Boby pun tak mau kehilangan buruannya.
“Maafkan
ana atas tabrakan kecil beberapa waktu lalu, Siapakah nama ukhti? Bersediakah
Ukhti menikah dengan ana?” serang Boby mantap. Ia sadar jika tipe gadis
dihadapannya itu sangat anti dengan istilah pacaran, tidak seperti Arini, Evita
dan gadis-gadis yang pernah ia taklukkan selama ini. Alhasil, gadis itu akhirnya
menoleh meski sesaat dan mulai mau bersuara.
“Panggil
saya Hanifa, saya sudah memaafkan, jika butuh bantuan silahkan akhi menghubungi
sekretariat LDK di dekat masjid Kampus!” balasnya seraya berlalu meninggalkan Boby
yang terbengong sendirian.
Yes! Pekik Boby dalam hati. Meskipun pertanyaan terakhirnya tak mendapat jawaban langsung, tapi ia cukup puas dengan sekedar mengetahui nama gadis itu. Tinggal follow up-nya saja pikirnya. Ia tak sanggup menggambarkan perasaannya saat ini. Entah mengapa menatap gadis itu perasaannya bergetar tak seperti biasa. Menaklukkan gadis-gadis seperti yang pernah dipacarinya selama ini sudah menjadi hal yang biasa baginya. Tapi yang ini beda, ada tantangan tersendiri yang sulit untuk dijelaskan. Yang pasti, demi memenuhi janjinya pada Hanifa untuk melakukan tiga kebaikan hari ini, ia akan menggagalkan dua janji kencannya dengan Arini dan Evita, dan yang ketiga dia akan mencari Khalid untuk belajar lebih banyak tentang LDK.
* * *
Waktu terus berlalu. Tak terasa sudah seminggu sejak kejadian di Audit, Boby masih larut dalam upaya tebar pesona demi memperjuangkan target terbarunya. Setiap hari ia menyibukkan diri dengan aktifitas di seputar lingkungan masjid kampus, seperti halaqah, shalat berjama’ah, membaca al-Qur’an dll. Dagunya yang tajam mulus mulai menghitam ditumbuhi bulu-bulu halus. Saya belum pernah gagal mendapatkan gadis yang saya inginkan! Tekadnya. Semua pacarnya dengan mudah dapat ditaklukkan dengan menggunakan cara yang sama, yaitu masuki atmosfernya, penuhi keinginannya dan sentuh hatinya, pasti klepek-klepek! Termasuk targetnya saat ini yang menurutnya paling berat dibanding sebelum-sebelumnya, yaitu mendapatkan cinta Hanifa. Meskipun untuk itu ia harus melakukan apa yang selama ini tak pernah terbayangkan dalam kehidupannya yang hedonis dan glamour.
Karena tak
ingin konsentrasinya pecah, praktis selama itu pula ia tak pernah lagi
mengencani Arini dan Evita kecuali via SMS atau telepon, itupun jarang-jarang.
Tak ayal, keduanya jadi uring-uringan. Arini yang lebih agresif mulai mencari
informasi tentang keberadaan pacarnya itu. Dari teman-teman Boby akhirnya Arini
kaget setelah mengetahui seperti apa sebenarnya sosok Arjunanya itu. Bahkan ia lebih
kaget lagi ketika tahu bahwa pacar lain dari Boby adalah Evita yang tak lain
adalah temannya sendiri semasa SMA. Awalnya ia sempat melabrak Evita sehingga
terjadi percekcokan hebat. Tapi akhirnya keduanya menyadari bahwa mereka
sebenarnya bernasib sama, yaitu sama-sama korban Boby. Berangkat dari nasib
yang sama itu pula, merekapun lalu menyusun sebuah rencana!
Suatu
ketika Boby yang di kalangan aktifis dakwah lebih akrab dipanggil Tasbih mulai
memberanikan diri curhat kepada Khalid tentang apa yang sedang membuncah di
hatinya.
“Akh
Khalid, apakah mencintai seorang lawan jenis itu dilarang dalam agama?”
“Antum
ada-ada saja, tentu saja tidak, justru hal itu adalah nikmat yang harus
disyukuri selama disalurkan dengan cara yang dibenarkan oleh agama,” jelas
Khalid. “Wah, jadi curiga nih, jangan-jangan lagi kasmaran ya?” sambungnya penuh
selidik.
Akhirnya
Boby menceritakan segala yang sedang dirasakannya saat itu sekaligus meminta
solusi yang harus ditempuhnya. Khalid pun dengan panjang lebar menjelaskan
langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meraih asanya tersebut
sebagaimana yang sudah lazim bagi para aktifis dakwah. Sebagai langkah pertama
yang harus dilakukan adalah proses ta’aruf / perkenalan antara kedua lawan
jenis. Proses ini diawali dengan saling mengenal lebih jauh tentang curriculum vitae atau biodata diri
masing-masing baik melalui media tertulis atau langsung dari keluarga atau
orang terdekatnya. Jika ada kecocokan barulah dilakukan pertemuan langsung
dengan didampingi wali atau keluarga si gadis. Setelah itu barulah keputusan
akhir bisa didapatkan, jadi atau gagal.
“Ok akh,
ana siap melalui semua proses itu, tapi gimana dengan Hanifa?” tanya Boby masih
bingung.
“Tenang
saja, nanti ana yang akan menghubungi walinya, antum siapkan saja biodatanya,
ok!” jelas Khalid sambil menepuk pundak Boby yang sudah kelihatan tak sabar.
Akhirnya
genderang pun ditabuh (perang kali!). Dengan antusias Boby menyiapkan
biodatanya sesuai dengan kesepakatan dari pihak si gadis. Bahkan tidak itu
saja, Boby juga mendapatkan beberapa foto Hanifa sebagai bahan pertimbangan
sebelum mereka bertemu langsung. Kata bersaut, gayung bersambut! Bisik hati Boby
yakin bahwa upayanya kali ini kembali akan menuai hasil. Apalagi sesuai dengan
permintaan dari pihak si gadis, pertemuan itu ternyata akan segera digelar
lebih cepat dari dugaannya selama ini. Tiga hari lagi! Ya, tiga hari lagi ia
akan segera bertemu dengan gadis pujaannya. Petualangan terakhirnya!? Yup, Boby
berjanji untuk mengakhiri kebiasaannya mempermainkan wanita. Ia akan segera
menikahi Hanifa, lalu memulai hidup baru yang jauh dari rekam jejak masa
lalunya.
Tiga
hari kemudian pertemuanpun dilangsungkan di kediaman Hanifa. Boby datang tidak
sendirian, tapi ditemani Khalid, biar lebih tegar katanya. Setelah berbasa-basi
sejenak, perbincangan inti pun di mulai. Dengan penuh percaya diri Tasbih alias
Boby menyampaikan maksud kedatangannya ke tempat itu. Meskipun sudah
berpengalaman dalam urusan tembak-menembak gadis, tapi untuk kali ini ia harus menyiapkan
mental ekstra untuk melakukannya. Kalau sebelumnya ia hanya berdua-dua saja di
tempat tertentu, tapi sekarang ia berada di tengah-tengah keluarga besar si
gadis. Keringat mulai membasahi keningnya bersamaan dengan akhir dari
perkataannya. Walaupun sebelumnya sudah yakin, tetap saja hatinya berdebar dan
tak sabar menunggu jawaban langsung dari Hanifa.
“Akhi
Tasbih, menjalin silaturrahim dan persaudaraan adalah anjuran agama, dan yang
memutuskannya akan di laknat oleh Allah azza wajalla. Saya dan seluruh keluarga
tentu senang dengan kunjungan silaturrahim ini……”
“Jadi
ukhti menerima lamaran ana…?” potong Boby tak sabar.
“Sebentar,
saya belum selesai,” lanjut Hanifa. “Usaha menjalin persaudaraan juga ada
etikanya, tidak boleh ada pihak lain yang merasa tersakiti sehingga akan
mengganggu silaturrahmi yang sudah terjalin sebelumnya. Jadi, atas dasar ini
pula, dengan berat hati saya tidak bisa menerima lamaran anda, karena jika
diterima, ada orang-orang yang selama ini sudah lebih dahulu menjalin
silaturrahim dengan saya akan tersakiti perasaannya!”
“Wah… ini
nggak fair, jadi lamaran saya ditolak karena sudah ada orang lain yang lebih
dahulu melamar ukhti, Siapa dia? Kenapa tidak disampaikan sebelumnya!?” balas
Boby tak terima.
“Bukan,
tapi mereka adalah teman-teman saya sejak SMA, Arini dan Evita……..!”
(Cerpen
yang judulnya diilhami film KCB ini pernah di muat di harian Pontianak Post
edisi Juli 2009)